Selasa, 19 Maret 2019

Pegangan hidup

Banyak pembelajaran hidup yang bisa kamu dapatkan.. dari keluarga, teman, bahkan orang lain sekalipun yang kamu tahu lewat media elektronik.
Salah satu nilai yang selalu aku pegang perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan orang lain, artinya "respect".
Kamu tidak suka dengan orang yang sombong. Berarti kamu jangan sombong. Kamu tidam suka orang lain berlaku semena-mena. Artinya jangan perlakukan orang lain dengan semena-mena.. siapapun dia. Dari kalangan mana pun dia..

Nilai lainnya yang jadi pegangan hidup, aku percaya setiap kebaikan yg dilakukan akan kembali lagi kepada diri sendiri. Apa yg kamu tanam itulah yg kamu tuai. Pun sebaliknya, setiap kejahatan yg kamu kerjakan, akan kembali ke dirimu jua.
Pernah di suatu waktu, aku merasa jahat ke orang lain, rasanya pengen nangis.. nyesel..
Apapun alasannya.. mau orang tersebut yang  duluan jahat ke kamu atau karna kamunya aja yang semena-mena.. rasa menyesal selalu meliputi.. seperti berkhianat dengan nilai-nilai yang kamu pegang..

Terus kamu terlalu baik? Gak.. aku gak pernah merasa terlalu baik.. hanya saja aku sudah merasakan orang lain semen-mena terhadap kita.. atau aku melihat kejadian tersebut di kehidupan orang lain. Sedih.. kok bisa.. (?)

Pelihara diri kita, jauhkan diri kita dari penyakit hati, sombong, iri, dengki, semena-mena dengan orang lain.. walau secara tidak sadar itu timbul secara manusiawi. Hanya saja kita punya waktu, punya otak dan punya hati untuk berfikir. Apakah akan kita tunjukkan atau kita buang.. dibuang tentu saja..

Hidup di dunia terlalu singkat........

Jumat, 05 Januari 2018

Memilikimu

Memilikimu.
.
Memilikimu mungkin dambaan banyak wanita.
Sampai akhirnya nanti kamu memilihku, dengan dalih bahwa Allah yang menuntunmu utk hal itu.
Bahagia, jika ternyata demikian.
Mengapa? Karna segala keyakinan yang kau tunjukan ada Allah yang menyertai segala langkah dan pilihanmu.
Aku tak bisa menolakmu karna ternyata Allah juga menuntunku untuk memilihmu.
.
Memilihmu untuk menghabiskan sisa hidup di dunia.
Memilihmu untuk bersama-sama melangkah menghadapi setiap jalan cerita kehidupan.
Yang nantinya tetap setia ketika bosan sesekali melanda.
Yang nantinya tetap bersedia mendengar segala tema pembicaraan.
Yang nantinya akan sama-sama bersedia menghidupkan cahaya Al-qur'an di rumah.
Yang nantinya akan bersama-sama berjuang bukan hanya untuk kita, tapi untuk orang lain juga. Semoga.
Karna sejatinya, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. 
.
Yang pada akhirnya aku berharap kita dikumpulkan di surga-Nya bersama keluarga kita lainnya.
Bersama anak, cucu, keturunan dan zuriat kita nantinya. 

Senin, 01 Januari 2018

Halo 2018

Hello 2018!

Sudah ke 26 sekian kali melewati pergantian tahun Masehi. Hampir setiap tahun, beberapa orang merayakannya, pun tidak ketinggalan membuat resolusi-resolusi baru untuk satu tahun ke depannya.
Bagaimana dengan dirimu sendiri?
Mungkin sudah 3x aku menuliskan resolusi di secarik kertas. Tapi entah mengapa selalu hilang begitu saja. Seperti tidak niat saja. Setiap akhir tahun, aku hanya bisa menerka-nerka target apa yang sudah tercapai dan apa saja yang belum.

Di mulai awal Januari 2018 ini, aku ingin memperbaiki hal yang belum baik dan tentunya ingin lebih banyak bersyukur.
2017 menjadi tahun aku kembali berkumpul bersama keluarga intiku, ayah, mama, 2 adikku, bahkan sudah kembali satu kota dengan kakakku yang dulu menghabiskan waktunya bertahun-tahun di Jambi.
Di tahun 2017 pula, Allah mengizinkan aku mendapatkan keponakan, namanya Muhammad Khalif Al-barraq. Kehadiran seorang bayi selalu meneduhkan, tak hanya bagi orang tuanya. Senyumnya, kesehatannya adalah hal yang terpenting bagi nenek dan kakeknya.
Di tahun 2017 pula, aku merasa baru lahir kembali di Kota Palembang. Setelah bertahun-tahun menghabiskan banyak waktu di Jakarta, aku kembali menghirup udara di Palembang dan menimati setiap rutinitas yang ada. Keluarga, perkerjaan, teman dan masyarakatnya.
Tahun 2017 juga menjadi tahun dimana aku lebih banyak kenal dengan orang-orang yang berkecimpung di dunia komunitas di kota Palembang. Rasanya haru, senang dan bangga, ternyata pemuda dan masyarakat Palembang sudah banyak memilih untuk menunjukkan aksi. Tidak mementingkan diri sendiri, tapi mempertontonkan aksi peduli. Ya walaupun tidak semuanya, tapi setidaknya selalu ada harapan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan bergerak dan peduli?
Dengan memegang acuan "Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain".
Dengan keyakinan bahwa membantu orang adalah sedekah, dengan keyakinan bahwa kebaikan yang kita lakukan memberikan keberkahan di perjalanan hidup kita nantinya.

Well, kembali lagi dengan resolusi di tahun 2018. Berikut list-list yang ingin ku capai di tahun 2018.
1. Konsisten menggunakan kaos kaki.
Kaki itu termasuk aurat wanita yang harus ditutup. Termasuk pake gamis atau rok, no jeans anymore. Yang jilbabnya perlahan di ulur menutup dada.
2. Memperbaiki ibadah sholat.
Sholat 5 waktu di awal waktu. Ini proses. Jika belum bisa konsisten di awal waktu, setidaknya jika waktu shubuh pukul 04.30. Paling lambat aku harus sholat pukul 05.15, BUKAN pukul 05.30 apalagi pukul 06.00. Dan lain-lainnya.
Jangan lupa zikir setiap habis sholat dan lantunkan sholawat untuk baginda Nabi Muhammad SAW.
3. Sholat sunah.
Istiqamah Sholat sunah sebelum shubuh, sholat dhuha setiap hari (minimal 4 rakaat) dan lebih banyak sholat tahajud.
4. Puasa Sunah Senin dan Kamis. (Semoga, bayar hutang yang tahun kemarin dulu :()
5. Istiqamah baca qur'an dan terjemahannya (minimal 1 lembar 1 hari). Ini bisa dilakukan setelah sholat 5 waktu.
6. Istiqamah sedekah (minimal 50 rb setiap bulan).
7. Konsisten Nabung dan ga diambil dalam jangka minimal 1 tahun.  ( :() 
Semoga bisa nabung tahun ini di Bank Syariah atau celengan sendiri, minimal tiap bulannya 200 ribu.
8. Lanjut kuliah S2 di Salah satu Universitas Negeri di Indonesia. (UNSRI gitu?).
9. Menikah (ini sih jadi harapan terbesar perempuan kelahiran tahun 89-95, mungkin ya). Semoga bisa dapat laki-laki yg sholeh, yang ngerti agama, yg sholat dan ngaji, yang akhlaknya baik, yang perkeja keras, yang sabaran (gak gampang marah). Agak trauma sih sama yang suka marah2. Yang gak perokok kalo bisa. Yang lebih tinggi badannya dari aku kalo bisa. Amiinn Allahhumma Amiinn.
10. Kurangi banyak2 GHIBAH :'( (kadang agak sulit kalo gak ngomongin orang lain, walaupun dengan dalih biar jadi pelajaran buat kita atau dengan dalih, kan kesel sama sifatnya, kok bisa sih. Apalah itu, kurang-kuranginlah :').) 
11. Karir (?)
Hmmm. Aku orangnya gak neko-neko, pengennya sih ngajar di Sekolah Islam yang standarnya nasional plus. (banyak manfaatnya kalo jadi guru di Sekolah Islam :))
Jadi mau pindah dari tempat yang sekarang? Hmm belum tau. Tapi belum tentu juga pindah..Masih aman-aman saja atau mungkin berubah haluan mau bisnis makanan? :D
Ngikutin alur aja kalo karir. Ga terlalu berantusias dan biarkan jadi rahasia. Hhi.
12. Ngeblog (Nulis apapun temanya, minimal 1 bulan 1x, inginnya 1 minggu 1 postingan di blog).
13. Jalan-jalan ke kota Jogja ( pengen buanget), kota lainnya? Terserah sih. Yg penting jogja dulu tahun ini!
14. Dewasa dalam menyikapi masalah yang hadir, lebih sabar, kalau lagi emosi lebih baik diam dahulu, dan lebih banyak bersyukur atas segala nikmat atau ujian yang Allah berikan. Selalu berusaha untuk memelihara hati dari rasa marah, iri, ataupun riya.
Sabar, Ikhlas dan Syukur.

Eh kayaknya gak ada target "body goals" ya.. Haha.. Target tiap tahun yang hanya keinginan, tapi usahanya sedikit sekali 😂😂. Ini biarkan waktu saja yang menjawab (walaupun selama ini waktu selalu menjawab bahwa jarum timbangan semakin ke kanan dari tahun ke tahun :')). 
Kali aja kan bisa turun 5-10 kg di tahun 2018 ini. (teteup) 😂😂😂
Yang terakhir rasanya ingin mewujudkan keinginan Mama untuk ibadah Umrah. Dan sebenernya mama belum bisa lancar mengaji. Semoga aku bisa mengajarinya dengan konsisten setiap hari. Minimal 1 minggu sekali (jangan sok sibuk kamu y bel :'().

Semoga harapan-harapan baik itu bisa segera terwujud di tahun 2018.
Allah, selalu beri hambamu ini tuntunan dan hidayah untuk selalu memperbaiki ibadah kepadamu. Tuntunan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam berhubungan dengan sesama Manusia. Tuntun aku untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, yang menyenangkan dan menenangkan hati orang tua.
Tuntun aku untuk tidak silau dengan harta, tahta dan segala isi dunia, tuntun aku, keluarga dan keturunan kami nantinya untuk menuju Surga-Mu.
Amiinn Allahhumma Amiinn..

Hello 2018, I'm ready.
Bismillah..

Minggu, 01 Oktober 2017

Tanpa kegelisahan

Pikiranku mulai gelisah saat angka 26 itu mendekatiku.
Saat dimana aku mulai memutuskan untuk benar-benar move on dari kamu.
Dan saat yang sama pula tanpa sengaja aku kembali jatuh hati dengan seseorang yang lain (dia).
Aku gelisah ketika aku harus berusaha membuang dirimu jauh-jauh, tapi aku juga harus bersabar mengontrol diri untuk tidak jatuh terlalu jauh dengan dia.
Karna aku takut kembali kecewa.
Ia jikapun dia merasakan hal yang sama. Mungkin saja tidak.
Mungkin saja, dia tidak seperti diriku yang hanya dengan berapa kali pertemuan dan tidak tahu alasan yang jelas, aku bisa jatuh hati padanya.
Dan yang paling menyakitkan jika ternyata dia adalah milik orang lain. Jika begitu, aku pun harus kembali rapat-rapat menyimpan rasa ini. Aku pun harus lebih bekerja keras untuk move on dari kamu dan dia.
Aku hanya lah wanita yang rentan sekali kecewa hatinya.
Wanita yang mungkin bijaksana dan dewasa dalam menyikapi banyak permasalahan hidup, tapi tidak untuk masalah hati (cinta).
Aku bisa saja menjadi buta dalam cinta jika sudah jatuh terlalu jauh. Aku bisa menjadi seseorang yang hampir tiap waktu memikirkannya. Dari tidur hingga bangun tidur.
Dan pada akhirnya aku butuh mengingat Tuhan. Agar aku jauh lebih sadar.
Agar aku jauh lebih kuat.
Agar aku jauh lebih tenang.
Agar aku jauh lebih sabar.

Sabar menunggu kamu, dia atau dia yang lain yang sudah Tuhan tentukan untukku.
Yang akan hadir tanpa menimbulkan kegelisahan.


Sabtu, 15 Juni 2013

Tulisan pertama !

yeayyy ! gak ada ekspektasi bahwa bakal masuk harian kabar kompas !
Tulisan dibawah ini merupakan tulisan pertama saya masuk koran, hhe :D

jadi ceritanya gini, waktu itu saya masih duduk di Semester 2, Dosen Bahasa Indonesia saya melihat sepertinya saya ada potensi menulis yang cukup. Beliau meminta saya untuk menulis di harian kabar kompas pada kolom kompas kampus.

pada kolom tersebut, diberitahukan bahwa mahasiswa di seluruh indonesia diberi kesempatan untuk memberikan opini mengenai tema yang diajukan pada kolom tersebut. pada saat itu, temanya adalah mengenai  isu bahwa Indonesia akan mengembangkan PLTN (Pembangkit listrik tenaga nuklir). terjadi simpang siur pro dan kontra untuk merealisasikan hal tersebut, nah bagaimankah menurut para mahasiswa indonesia itu sendiri.

hmmm, saya rasa dosen saya yang nan baik hati plus kritis itu hanya iseng-iseng menawarkan saya untuk menanggapi wacana tersebut. Atas bimbingannya dan pengalaman yang dibagikan kepada saya tentang dunia menulis, akhirnya saya menulis hal ini. ragu sih sebenarnya, apa ia saya bisa. Jika nulis untuk konsumsi pribadi sih gak apa-apa, ini untuk masyarakat luas :D. ya gakpapa deh dicoba, tembus syukur, gak ya udah gakpapa, baru pertama ini hhe :D

Tadaaaa, tidak menyangka, ternyata tulisan saya masuk, alhamdulillahh, 4-5 tulisan mahasiswa hadir di kolom kompas kampus, salah satunya adalah tulisan Umi Salamah hhe :D, yang membuat saya bangga adalah ini koran nasional, opini yang masuk pun bukan hanya dari pulau jawa, dari sumatra pun ada !
Spertinya yang saya lihat, dosen saya sangat senang mendengar berita ini hhi (semoga iya ya :D), beliaupun memotivasi teman saya yang lainnya untuk mengikuti jejak saya untk menulis di kolom kompas kampus. karena niatnya dia pun mau memberi traktir, jika sudah ada 5 mahasiswa yang berhasil masuk kompas kampus. Dan alhamdulillah hal itu pun terwujud, satu persatu teman saya menyusul hhe, akhirnya dapat traktiran deh haha.. ;D

okeee, check it out, nih hasil tulisannya hhe :D


BELAJAR DARI JEPANG

Meledaknya PLTN akibat adanya gempa di Jepang menimbulkan radiasi yang  berbahaya menjadi pertimbangan bagi Indonesia untuk mengembangkan tenaga listrik nuklir. Hal ini dikarenakan Indonesia termasuk negara yang cukup rawan akan gempa. Tidak sedikit masyarakat yang khawatir bila negara kita ini mengembangkan PLTN, takut akan terjadi hal yang sama seperti di Jepang. Tapi dilain pihak, kita perlu mengembangkan PLTN guna efisiensi energi dan lebih ramah lingkungan, karena dengan hal ini pula berarti kita telah mengurangi dampak global warming

Terlepas dari kontroversi diatas, seharusnya negara sungguh-sungguh menangani hal ini. Negara indonesia harus mempunyai suatu visi atau tujuan menuju keadaan yang lebih baik dalam penggunaan tenaga listrik. Pemerintah diharapkan cermat menentukan hal yang terbaik bagi rakyatnya, dengan melihat berbagai sudut pandang. 

Peristiwa di Jepang perlu menjadi perhatian. Meledaknya PLTN yang disebabkan gempa bumi harus menjadi pembelajaran. Ini berarti pemerintah indonesia harus membangun PLTN di daerah yang aman dan tidak rawan gempa. Tidak perlu buru-buru, biar lambat asalkan selamat. Komitmen, mau belajar, dan sungguh-sungguh adalah suatu kunci untuk memulai sesuatu yang baru di negara berkembang ini menuju kearah yang lebih baik.



Kamis, 13 Juni 2013

Belajar berpuisi :)


Seketika aku membuka kembali folder-folder di netbook ku. Aku menemukan tulisan ini, tulisan yang mungkin bisa disebut sebagai sebuah puisi :). Jujur aku adalah orang yang susah membuat puisi, aku tidak bisa seperti orang-orang lain yang membuat puisi dengan indah dan bermakna. Tapi setelah aku kembali membaca tulisan ini, kembali aku teringat bahwa aku menulisnya dengan hati. Hasil tulisan yang terinspirasi dari sebuah video di youtube. Video yang sangat luar biasa menurutku :). Mungkin tata bahasa, gaya penulisan, dsb tidak sehebat teman-teman yang biasa membuat puisi. Hal terpenting bagi saya adalah bagaimana tulisan ini bisa menyentuh sisi emosional dan hati para pembaca, semoga bermanfaat, selamat membaca ^_^

Berbagi dari hati ke hati
(umi salamah, 19 Mei 2012)

Teman,, boleh kah aku cerita kepadamu?
Teman,, bolehkah kita saling berbagi?
Aku rasa ia,, karna kita diciptakan untuk berbagi bukan?
Aku tak peduli siapa aku
Aku juga tak peduli siapa kamu
Yang aku perdulikan bahwa kita adalah saudara
Saudara seperjuangan

Aku yakin setiap dari kita punya hal yang spesial di mata tuhan
Aku yakin Tuhan itu maha kasih pada setiap makhluknya
Khususnya makhluk yang bernama manusia
Manusia dilebihkan dari makhluk lain melalui akalnya

Hmmmm…
Tidak,, tidak hanya akal teman
Tuhan juga melengkapi kita dengan hati
Ya hati nurani
Itulah sebabnya aku ingin berbagi
Berbagi bersama kalian dari hati ke hati


Teman..
Suatu ketika aku tenggelam dalam sebuah video tepat dihadapanku
Video yang menggambarkan perjuangan yang  luar biasa
Kisah seorang manusia yang tak putus asa
Tak putus asa akan cobaan yang terbentang di hadapannya.
Seseorang yang mengalami  cidera kaki ketika ia mengikuti pertandingan

Teman..
Ia adalah atlet yang selalu mendapatkan juara
Namun, saat itu ia tak mampu berlari
geraknya terhenti
Ketika ia sudah berada  ditengah lapangan

Ia merintih kesakitan teman
Bak  gajah tersengat kalajengking
Terpikir olehku bagaimana jika aku berada di posisinya
Mungkin aku tidak akan meneruskannya

Tapi,, tahukah teman tiba-tiba datanglah seorang laki-laki menghampirinya
“Ayo nak jangan diteruskan lirih laki-laki tersebut kepada sang pelari sambil merangkulnya”
“Tidak, tidak ayah aku harus meneruskannya, sang pelari menjawab”
“Kau sedang cidera nak, lebih bahaya jika kau meneruskannya”
“Tidak ayah, aku harus menyelesaikannya”
“Baiklah nak ayah akan menemanimu menyelesaikannya”

Tahukah kau teman betapa air mataku tak berhenti tumpah dihadapkan  video tersebut
Bagaimana perjuangan sang pelari untuk mencapai garis finish
Ia berlari pelan-pelan  dengan satu kaki terangkat
Dengan sentuhan hangat, Ayahnya merangkulnya menuju garis finish
Betapa ia tak putus asa
Betapa ia semangat untuk menyelesaikan perjuangannya
Walau ia tahu ia tak akan memenangi pertandingan seperti sebelumnya

Tahukan teman walaupun ia tak dapat memenangkan pertandingan
Ia mendapatkan beribu tepuk tangan dari penonton yang hadir
Ia adalah seorang pemenang di hati khalayak ramai stadion
Betapa bulu kudukku merinding melihat  peristiswa itu

Teman…
Sang pelari mengajarkan kita semua
Bahwa hidup bukanlah mencari sebuah kemenangan
Bahwa hidup adalah perjuangan yang harus kita selesaikan
Seperti layaknya sang pelari yang tidak putus asa untuk terus berjuang
Berjuang untuk menyelesaikan, bukan meraih kemenangan

Satu lagi teman
Jangan takut, jangan pernah takut
Bahwa akan selalu ada orang disamping kita
Orang yang tulus membantu kita
Layaknya bantuan tulus dari ayahnya kepada sang pelari
Dan tentunya pertolongan Tuhan kepada kita
Kepada kita yang tak pernah putus asa dan bersemangat

PPG bukanlah Solusi yang Tepat


Tulisan dibawah ini diikutsertakan sebagai salah satu syarat awal seleksi tahap pertama mengikuti Debate Competition. Kompetisi ini adalah salah satu program dari Senat Mahasiswa Sampoerna School of Education (SEMA SSE) yang kini bermetamorfosis menjadi USBI (Universitast Siswa Bangsa Internasional).  Debate Competition ini merupakan peringatan hari Pendidikan Nasional tahun 2011 (Kalau tidak salah, mohon dikoreksi jika salah). Pada saat itu (Mei 2011), Devi, Susi, dan saya dipilih sebagai perwakilan Jurusan Math 2010 untuk mengikuti kompetisi ini. Esai ini berisi mengenai Pendidikan Profesi Guru, kami bertiga mendapat kesempatan untuk mengulas dan membuat tulisan yang kontra terhadap program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tidak sia-sia kami bergadang, berpikir, dan berdiskusi semalaman, akhirnya kami menghasilkan tulisan ini, selamat membaca, semoga bermanfaat :D


PPG bukanlah Solusi yang Tepat

Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 menyatakan bahwa “sosok utuh seorang lulusan progam pendidikan profesi guru secara generik  tertuang dalam standar kompetensi guru”, dimana kompetensi ini dijabarkan dalam empat kategori yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Seorang guru dapat dikatakan profesional ketika guru tidak hanya menguasai bidang studi, tetapi juga mengacu pada integrasi kemampuuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendididk, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

            Melihat kualifikasi guru di Indonesia yang belum memenuhi kriteria untuk dikatakan sebagai guru profesional seperti apa yang dijabarkan diatas, pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban membenahi pendidikan di Indonesia tentu tidak bisa tinggal diam.  Menciptakan guru-guru profesional yang ideal dalam dunia pendidikan diupayakan pemerintah dengan mengambil tindakan guna meningkatkan kualifikasi guru-guru di Indonesia. Program Pendidikan Profesi Guru atau yang disingkat PPG lah yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi problematika yang ada, baik dalam meningkatkan kualifikasi guru-guru yang sudah ada (senior) maupun menciptakan guru-guru generasi baru yang berkualitas.

Pendidikan profesi guru dalam naskah akademik yang tertera dalam panduan penyelenggara dan peraturan pemerintah tentang pendidikan profesi guru memberikan kategori bahwa pendidikan  profesi ini diberikan bagi lulusan S-1 kependidikan dan S-1/D-IV non kependidikan. Melalui program ini diharapkan para peserta, baik para guru generasi baru maupun mereka yang telah senior, dapat belajar dan mengembangkan diri menjadi guru profesional yang selama ini dicita-citakan, ditandai dengan sertifikat pendidik yang diperoleh diakhir program  PPG sesuai dengan UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

Program PPG sebagai solusi yang dipilih pemerintah sebagai upaya meningkatkan kualitas guru-guru profesional Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dirasa bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai keraguan besar akan kualitas guru-guru yang telah berkutat di sekolah keguruan selama empat tahun. Para lulusan S1 kependidikan tersebut baru dapat dikatakan profesional setelah mengikuti program PPG selama satu tahun, padahal idealnya selama empat tahun mereka telah dipersiapkan untuk menjadi guru-guru profesional dengan konten pedagogik yang diberikan.

Jika pemerintah menganggap bahwa pendidikan guru selama empat tahun saat ini belum dapat menghasilkan guru-guru profesional, lalu kenapa solusi yang diberikan berupa penambahan masa pendidikan yang kembali menuntut pengorbanan biaya dan waktu para calon guru. Seharusnya peningkatan kualitas pendidikan calon guru selama empat tahun itulah yang patut menjadi sorotan pemerintah untuk diperbaiki, sehingga mampu menghasilkan guru-guru profesional. Pemerintah dapat menerapkan materi yang diberikan pada program PPG kedalam program S1 Pendidikan. Dengan demikian, guru-guru lulusan Universitas Pendidikan ataupun STKIP nantinya telah memenuhi kualitas guru profesional seperti yang diharapkan pemerintah hanya dengan menempuh empat tahun masa pendidikan.

Disisi lain upaya peningkatan kualitas profesionalitas para guru senior sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen, juga harus tetap dilaksanakan. Seperti diketahui bersama bahwa penerapan program PPG tersebut juga diterapkan pada guru-guru senior tersebut. Akan tetapi, upaya tersebut dirasa tidak efektif. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kasus yang menunjukkan kecenderungan tujuan para guru mengikuti program PPG hanya untuk mendapatkan gelar profesional. Mereka hanya berfokus pada bagaimana cara mendapatkan sertifikat profesi guna memperoleh penghasilan yang lebih besar dengan mengabaikan makna dan tujuan dari pelatihan atau pembinaan profesi guru tersebut. Padahal tujuan dari penerapan program PPG bagi guru-guru senior tersebut adalah untuk mengasah kemampuan pedagogik mereka sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga benar-benar menciptakan profesi guru yang sangat dihormati dan memiliki jiwa mengajar yang berlandaskan tujuan dari pembukaan undang-undang dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Solusi untuk meningkatkan kuallifikasi para guru senior adalah dengan menghapuskan program sertifikasi yang hanya dijadikan tolak ukur profesionalitas seorang guru. Pemerintah hendaknya memberikan program pelatihan kepada para guru tanpa memberikan sertifikat sebagai tanda profesionalitas. Pemberian gelar profesional dapat diberikan berdasarkan pada kualifikasi tingkat prestasi yang dicapai masing-masing guru. Kualifikasi tingkat prestasi yang dicapai masing-masing guru tersebut dapat diketahui melalui  proses monitoring yang dilakukan oleh pemerintah.

Selain itu, permasalahan lain yang juga muncul dengan solusi yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi guru Indonesia—PPG—adalah kesetaraan profesionalitas guru, seperti yang telah dikemukan sebelumnya bahwa program PPG terbuka untuk umum yakni baik para sarjana S-1 kependidikan maupun S-1/D-IV non kependidikan, yang memiliki bakat dan minat menjadi guru diperbolehkan untuk mengikuti program PPG untuk mendapatkan sebuah gelar yang menyatakan bahwa mereka adalah guru profesional. Sistem inilah yang menunjukan adanya pandangan mengenai kesetaraan tingkat profesionalitas guru. Mereka semua dianggap profesional setelah mengikuti program PPG terlepas dari apapun latarbelakang pendidikan S1 mereka.

Justru hal itulah yang semestinya dipertanyakan apakah program PPG yang hanya satu tahun tersebut dapat menjamin profesionalitas mereka yang bukan berasal dari S1 Pendidikan. Jika dibandingkan dengan mereka yang telah memperoleh pendidikan untuk menjadi guru selama empat tahun, masih dapatkah dikatakan bahwa tingkat profesionalitas mereka dapat disetarakan oleh sertifikat program PPG. Merujuk pada kondisi tersebut, kembali terbesit pertanyaan yaitu mengenai eksistensi sekolah keguruan dengan peranan yang dimiliknya. Untuk apa didirikannya sekolah keguruan yang khusus mempersiapkan guru-guru generasi baru kalau pada akhirnya semua jurusan bidang ilmu dapat menjadi guru hanya dengan mengikuti program PPG sebagai tolak ukur seseorang untuk menjadi guru profesional.
 
Permasalahan diatas menunjukkan bahwa program PPG bukanlah solusi yang tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan guru. Jelas penyetaraan tersebut merupakan ketidakadilan bagi mereka yang memang berasal dari S-1 kependidikan. Program PPG tidak dapat dijadikan tolak ukur profesionalitas guru terlebih dengan kebijakannya yang mengizinkan S-1 non kependidikan untuk ikut dalam program tersebut. Hal ini terkesan memberikan celah bagi orang lain diluar pendidikan untuk masuk dalam dunia pendidikan  bahkan menjadi guru profesional dengan mudahnya, yaitu hanya dengan mengikuti program PPG selama satu tahun. Padahal untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan keahlian tinggi dan pengalaman yang mendukung.

Dari serangkaian polemik mengenai program PPG yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaiknya program PPG yang dicanangkan pemerintah tersebut dihentikan. Dapat diyakini apabila pemerintah dapat memaksimalkan kualitas empat tahun  proses pendidikan S-1 keguruan seperti yang telah disinggung sebelumnya, maka program PPG tidak akan lagi diperlukan untuk mencetak guru-guru professional.