Sabtu, 15 Juni 2013

Tulisan pertama !

yeayyy ! gak ada ekspektasi bahwa bakal masuk harian kabar kompas !
Tulisan dibawah ini merupakan tulisan pertama saya masuk koran, hhe :D

jadi ceritanya gini, waktu itu saya masih duduk di Semester 2, Dosen Bahasa Indonesia saya melihat sepertinya saya ada potensi menulis yang cukup. Beliau meminta saya untuk menulis di harian kabar kompas pada kolom kompas kampus.

pada kolom tersebut, diberitahukan bahwa mahasiswa di seluruh indonesia diberi kesempatan untuk memberikan opini mengenai tema yang diajukan pada kolom tersebut. pada saat itu, temanya adalah mengenai  isu bahwa Indonesia akan mengembangkan PLTN (Pembangkit listrik tenaga nuklir). terjadi simpang siur pro dan kontra untuk merealisasikan hal tersebut, nah bagaimankah menurut para mahasiswa indonesia itu sendiri.

hmmm, saya rasa dosen saya yang nan baik hati plus kritis itu hanya iseng-iseng menawarkan saya untuk menanggapi wacana tersebut. Atas bimbingannya dan pengalaman yang dibagikan kepada saya tentang dunia menulis, akhirnya saya menulis hal ini. ragu sih sebenarnya, apa ia saya bisa. Jika nulis untuk konsumsi pribadi sih gak apa-apa, ini untuk masyarakat luas :D. ya gakpapa deh dicoba, tembus syukur, gak ya udah gakpapa, baru pertama ini hhe :D

Tadaaaa, tidak menyangka, ternyata tulisan saya masuk, alhamdulillahh, 4-5 tulisan mahasiswa hadir di kolom kompas kampus, salah satunya adalah tulisan Umi Salamah hhe :D, yang membuat saya bangga adalah ini koran nasional, opini yang masuk pun bukan hanya dari pulau jawa, dari sumatra pun ada !
Spertinya yang saya lihat, dosen saya sangat senang mendengar berita ini hhi (semoga iya ya :D), beliaupun memotivasi teman saya yang lainnya untuk mengikuti jejak saya untk menulis di kolom kompas kampus. karena niatnya dia pun mau memberi traktir, jika sudah ada 5 mahasiswa yang berhasil masuk kompas kampus. Dan alhamdulillah hal itu pun terwujud, satu persatu teman saya menyusul hhe, akhirnya dapat traktiran deh haha.. ;D

okeee, check it out, nih hasil tulisannya hhe :D


BELAJAR DARI JEPANG

Meledaknya PLTN akibat adanya gempa di Jepang menimbulkan radiasi yang  berbahaya menjadi pertimbangan bagi Indonesia untuk mengembangkan tenaga listrik nuklir. Hal ini dikarenakan Indonesia termasuk negara yang cukup rawan akan gempa. Tidak sedikit masyarakat yang khawatir bila negara kita ini mengembangkan PLTN, takut akan terjadi hal yang sama seperti di Jepang. Tapi dilain pihak, kita perlu mengembangkan PLTN guna efisiensi energi dan lebih ramah lingkungan, karena dengan hal ini pula berarti kita telah mengurangi dampak global warming

Terlepas dari kontroversi diatas, seharusnya negara sungguh-sungguh menangani hal ini. Negara indonesia harus mempunyai suatu visi atau tujuan menuju keadaan yang lebih baik dalam penggunaan tenaga listrik. Pemerintah diharapkan cermat menentukan hal yang terbaik bagi rakyatnya, dengan melihat berbagai sudut pandang. 

Peristiwa di Jepang perlu menjadi perhatian. Meledaknya PLTN yang disebabkan gempa bumi harus menjadi pembelajaran. Ini berarti pemerintah indonesia harus membangun PLTN di daerah yang aman dan tidak rawan gempa. Tidak perlu buru-buru, biar lambat asalkan selamat. Komitmen, mau belajar, dan sungguh-sungguh adalah suatu kunci untuk memulai sesuatu yang baru di negara berkembang ini menuju kearah yang lebih baik.



Kamis, 13 Juni 2013

Belajar berpuisi :)


Seketika aku membuka kembali folder-folder di netbook ku. Aku menemukan tulisan ini, tulisan yang mungkin bisa disebut sebagai sebuah puisi :). Jujur aku adalah orang yang susah membuat puisi, aku tidak bisa seperti orang-orang lain yang membuat puisi dengan indah dan bermakna. Tapi setelah aku kembali membaca tulisan ini, kembali aku teringat bahwa aku menulisnya dengan hati. Hasil tulisan yang terinspirasi dari sebuah video di youtube. Video yang sangat luar biasa menurutku :). Mungkin tata bahasa, gaya penulisan, dsb tidak sehebat teman-teman yang biasa membuat puisi. Hal terpenting bagi saya adalah bagaimana tulisan ini bisa menyentuh sisi emosional dan hati para pembaca, semoga bermanfaat, selamat membaca ^_^

Berbagi dari hati ke hati
(umi salamah, 19 Mei 2012)

Teman,, boleh kah aku cerita kepadamu?
Teman,, bolehkah kita saling berbagi?
Aku rasa ia,, karna kita diciptakan untuk berbagi bukan?
Aku tak peduli siapa aku
Aku juga tak peduli siapa kamu
Yang aku perdulikan bahwa kita adalah saudara
Saudara seperjuangan

Aku yakin setiap dari kita punya hal yang spesial di mata tuhan
Aku yakin Tuhan itu maha kasih pada setiap makhluknya
Khususnya makhluk yang bernama manusia
Manusia dilebihkan dari makhluk lain melalui akalnya

Hmmmm…
Tidak,, tidak hanya akal teman
Tuhan juga melengkapi kita dengan hati
Ya hati nurani
Itulah sebabnya aku ingin berbagi
Berbagi bersama kalian dari hati ke hati


Teman..
Suatu ketika aku tenggelam dalam sebuah video tepat dihadapanku
Video yang menggambarkan perjuangan yang  luar biasa
Kisah seorang manusia yang tak putus asa
Tak putus asa akan cobaan yang terbentang di hadapannya.
Seseorang yang mengalami  cidera kaki ketika ia mengikuti pertandingan

Teman..
Ia adalah atlet yang selalu mendapatkan juara
Namun, saat itu ia tak mampu berlari
geraknya terhenti
Ketika ia sudah berada  ditengah lapangan

Ia merintih kesakitan teman
Bak  gajah tersengat kalajengking
Terpikir olehku bagaimana jika aku berada di posisinya
Mungkin aku tidak akan meneruskannya

Tapi,, tahukah teman tiba-tiba datanglah seorang laki-laki menghampirinya
“Ayo nak jangan diteruskan lirih laki-laki tersebut kepada sang pelari sambil merangkulnya”
“Tidak, tidak ayah aku harus meneruskannya, sang pelari menjawab”
“Kau sedang cidera nak, lebih bahaya jika kau meneruskannya”
“Tidak ayah, aku harus menyelesaikannya”
“Baiklah nak ayah akan menemanimu menyelesaikannya”

Tahukah kau teman betapa air mataku tak berhenti tumpah dihadapkan  video tersebut
Bagaimana perjuangan sang pelari untuk mencapai garis finish
Ia berlari pelan-pelan  dengan satu kaki terangkat
Dengan sentuhan hangat, Ayahnya merangkulnya menuju garis finish
Betapa ia tak putus asa
Betapa ia semangat untuk menyelesaikan perjuangannya
Walau ia tahu ia tak akan memenangi pertandingan seperti sebelumnya

Tahukan teman walaupun ia tak dapat memenangkan pertandingan
Ia mendapatkan beribu tepuk tangan dari penonton yang hadir
Ia adalah seorang pemenang di hati khalayak ramai stadion
Betapa bulu kudukku merinding melihat  peristiswa itu

Teman…
Sang pelari mengajarkan kita semua
Bahwa hidup bukanlah mencari sebuah kemenangan
Bahwa hidup adalah perjuangan yang harus kita selesaikan
Seperti layaknya sang pelari yang tidak putus asa untuk terus berjuang
Berjuang untuk menyelesaikan, bukan meraih kemenangan

Satu lagi teman
Jangan takut, jangan pernah takut
Bahwa akan selalu ada orang disamping kita
Orang yang tulus membantu kita
Layaknya bantuan tulus dari ayahnya kepada sang pelari
Dan tentunya pertolongan Tuhan kepada kita
Kepada kita yang tak pernah putus asa dan bersemangat

PPG bukanlah Solusi yang Tepat


Tulisan dibawah ini diikutsertakan sebagai salah satu syarat awal seleksi tahap pertama mengikuti Debate Competition. Kompetisi ini adalah salah satu program dari Senat Mahasiswa Sampoerna School of Education (SEMA SSE) yang kini bermetamorfosis menjadi USBI (Universitast Siswa Bangsa Internasional).  Debate Competition ini merupakan peringatan hari Pendidikan Nasional tahun 2011 (Kalau tidak salah, mohon dikoreksi jika salah). Pada saat itu (Mei 2011), Devi, Susi, dan saya dipilih sebagai perwakilan Jurusan Math 2010 untuk mengikuti kompetisi ini. Esai ini berisi mengenai Pendidikan Profesi Guru, kami bertiga mendapat kesempatan untuk mengulas dan membuat tulisan yang kontra terhadap program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tidak sia-sia kami bergadang, berpikir, dan berdiskusi semalaman, akhirnya kami menghasilkan tulisan ini, selamat membaca, semoga bermanfaat :D


PPG bukanlah Solusi yang Tepat

Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 menyatakan bahwa “sosok utuh seorang lulusan progam pendidikan profesi guru secara generik  tertuang dalam standar kompetensi guru”, dimana kompetensi ini dijabarkan dalam empat kategori yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Seorang guru dapat dikatakan profesional ketika guru tidak hanya menguasai bidang studi, tetapi juga mengacu pada integrasi kemampuuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendididk, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

            Melihat kualifikasi guru di Indonesia yang belum memenuhi kriteria untuk dikatakan sebagai guru profesional seperti apa yang dijabarkan diatas, pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban membenahi pendidikan di Indonesia tentu tidak bisa tinggal diam.  Menciptakan guru-guru profesional yang ideal dalam dunia pendidikan diupayakan pemerintah dengan mengambil tindakan guna meningkatkan kualifikasi guru-guru di Indonesia. Program Pendidikan Profesi Guru atau yang disingkat PPG lah yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi problematika yang ada, baik dalam meningkatkan kualifikasi guru-guru yang sudah ada (senior) maupun menciptakan guru-guru generasi baru yang berkualitas.

Pendidikan profesi guru dalam naskah akademik yang tertera dalam panduan penyelenggara dan peraturan pemerintah tentang pendidikan profesi guru memberikan kategori bahwa pendidikan  profesi ini diberikan bagi lulusan S-1 kependidikan dan S-1/D-IV non kependidikan. Melalui program ini diharapkan para peserta, baik para guru generasi baru maupun mereka yang telah senior, dapat belajar dan mengembangkan diri menjadi guru profesional yang selama ini dicita-citakan, ditandai dengan sertifikat pendidik yang diperoleh diakhir program  PPG sesuai dengan UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

Program PPG sebagai solusi yang dipilih pemerintah sebagai upaya meningkatkan kualitas guru-guru profesional Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dirasa bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai keraguan besar akan kualitas guru-guru yang telah berkutat di sekolah keguruan selama empat tahun. Para lulusan S1 kependidikan tersebut baru dapat dikatakan profesional setelah mengikuti program PPG selama satu tahun, padahal idealnya selama empat tahun mereka telah dipersiapkan untuk menjadi guru-guru profesional dengan konten pedagogik yang diberikan.

Jika pemerintah menganggap bahwa pendidikan guru selama empat tahun saat ini belum dapat menghasilkan guru-guru profesional, lalu kenapa solusi yang diberikan berupa penambahan masa pendidikan yang kembali menuntut pengorbanan biaya dan waktu para calon guru. Seharusnya peningkatan kualitas pendidikan calon guru selama empat tahun itulah yang patut menjadi sorotan pemerintah untuk diperbaiki, sehingga mampu menghasilkan guru-guru profesional. Pemerintah dapat menerapkan materi yang diberikan pada program PPG kedalam program S1 Pendidikan. Dengan demikian, guru-guru lulusan Universitas Pendidikan ataupun STKIP nantinya telah memenuhi kualitas guru profesional seperti yang diharapkan pemerintah hanya dengan menempuh empat tahun masa pendidikan.

Disisi lain upaya peningkatan kualitas profesionalitas para guru senior sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen, juga harus tetap dilaksanakan. Seperti diketahui bersama bahwa penerapan program PPG tersebut juga diterapkan pada guru-guru senior tersebut. Akan tetapi, upaya tersebut dirasa tidak efektif. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kasus yang menunjukkan kecenderungan tujuan para guru mengikuti program PPG hanya untuk mendapatkan gelar profesional. Mereka hanya berfokus pada bagaimana cara mendapatkan sertifikat profesi guna memperoleh penghasilan yang lebih besar dengan mengabaikan makna dan tujuan dari pelatihan atau pembinaan profesi guru tersebut. Padahal tujuan dari penerapan program PPG bagi guru-guru senior tersebut adalah untuk mengasah kemampuan pedagogik mereka sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga benar-benar menciptakan profesi guru yang sangat dihormati dan memiliki jiwa mengajar yang berlandaskan tujuan dari pembukaan undang-undang dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Solusi untuk meningkatkan kuallifikasi para guru senior adalah dengan menghapuskan program sertifikasi yang hanya dijadikan tolak ukur profesionalitas seorang guru. Pemerintah hendaknya memberikan program pelatihan kepada para guru tanpa memberikan sertifikat sebagai tanda profesionalitas. Pemberian gelar profesional dapat diberikan berdasarkan pada kualifikasi tingkat prestasi yang dicapai masing-masing guru. Kualifikasi tingkat prestasi yang dicapai masing-masing guru tersebut dapat diketahui melalui  proses monitoring yang dilakukan oleh pemerintah.

Selain itu, permasalahan lain yang juga muncul dengan solusi yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi guru Indonesia—PPG—adalah kesetaraan profesionalitas guru, seperti yang telah dikemukan sebelumnya bahwa program PPG terbuka untuk umum yakni baik para sarjana S-1 kependidikan maupun S-1/D-IV non kependidikan, yang memiliki bakat dan minat menjadi guru diperbolehkan untuk mengikuti program PPG untuk mendapatkan sebuah gelar yang menyatakan bahwa mereka adalah guru profesional. Sistem inilah yang menunjukan adanya pandangan mengenai kesetaraan tingkat profesionalitas guru. Mereka semua dianggap profesional setelah mengikuti program PPG terlepas dari apapun latarbelakang pendidikan S1 mereka.

Justru hal itulah yang semestinya dipertanyakan apakah program PPG yang hanya satu tahun tersebut dapat menjamin profesionalitas mereka yang bukan berasal dari S1 Pendidikan. Jika dibandingkan dengan mereka yang telah memperoleh pendidikan untuk menjadi guru selama empat tahun, masih dapatkah dikatakan bahwa tingkat profesionalitas mereka dapat disetarakan oleh sertifikat program PPG. Merujuk pada kondisi tersebut, kembali terbesit pertanyaan yaitu mengenai eksistensi sekolah keguruan dengan peranan yang dimiliknya. Untuk apa didirikannya sekolah keguruan yang khusus mempersiapkan guru-guru generasi baru kalau pada akhirnya semua jurusan bidang ilmu dapat menjadi guru hanya dengan mengikuti program PPG sebagai tolak ukur seseorang untuk menjadi guru profesional.
 
Permasalahan diatas menunjukkan bahwa program PPG bukanlah solusi yang tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan guru. Jelas penyetaraan tersebut merupakan ketidakadilan bagi mereka yang memang berasal dari S-1 kependidikan. Program PPG tidak dapat dijadikan tolak ukur profesionalitas guru terlebih dengan kebijakannya yang mengizinkan S-1 non kependidikan untuk ikut dalam program tersebut. Hal ini terkesan memberikan celah bagi orang lain diluar pendidikan untuk masuk dalam dunia pendidikan  bahkan menjadi guru profesional dengan mudahnya, yaitu hanya dengan mengikuti program PPG selama satu tahun. Padahal untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan keahlian tinggi dan pengalaman yang mendukung.

Dari serangkaian polemik mengenai program PPG yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaiknya program PPG yang dicanangkan pemerintah tersebut dihentikan. Dapat diyakini apabila pemerintah dapat memaksimalkan kualitas empat tahun  proses pendidikan S-1 keguruan seperti yang telah disinggung sebelumnya, maka program PPG tidak akan lagi diperlukan untuk mencetak guru-guru professional.

Akhirnya :D

Bismillahh..
Akhirnya :D

yeayyy !! ini akun blog ke berapa saya ya? Rasanya ke 3 :D
Semoga ini terakhir kalinya saya buat akun blog ya, hhe

sebelum-sebelumnya sih saya buat blog karna ada tugas salah satu mata kuliah. Isi blognya pun mengenai refleksi-refleksi hasil pembelajaran, itu pun tak maksimal, hanya 1 -3 tulisan mungkin yang berhasil saya post di blog :D
karna sudah lama tidak berkutat dengan blog, saya lupa password blog-blog sebelumnya, *fyuhh -__-.

oke itu sekilas tentang blog-blog saya sebelumnya,,
ntah kenapa sekarang saya ingin "Exis" di dunia blogger *sokiye hha
yuk simak 3 alasan saya ingin nge-Blog :D

1. rasanya sayang aja gitu kalo saya senang membaca tulisan orang lain di blog mereka, tapi saya sendiri tidak punya blog. habis baca, terkadang ingin koment, tapi ujungnya gak jadi, karna terbentur saya tak punya akun blog, zzzzz banget kan -___-

2.  ada beberapa yang bilang sih katanya saya itu suka nulis, tulisannya juga cukup bagus, katanya ya katanya.Yah bagus itu relatif sih, tergantung yang baca, saya sendiri aja yang baca terkadang mumet baca tulisan saya yang terkadang kontennya belum jelas banget dan gak fokus alurnya hha *masih belajar kakakkkk.
Dibilang suka nulis sih gak juga, tergantung mood :p
dengan penjabaran yang seperti ini, saya rasa lagi-lagi sayang aja kalo tulisan gak di dokumentasiin n d share ke orang lain, apalagi kalo tulisannya tentang ilmu yang tentunya bermanfaat, kenapa tidak? iya kan :).
tapi kalo tulisan-tulisan tentang curhat juga gakpp ya, toh mau baca ya monggo, kalo gak ya gak apa2, it's your choice pemirsahh :D

3. Alasan terakhir, ya biar blog ini jadi media saya untuk rajin menulis hhe, kalo punya akun blog kan rasanya punya tanggung jawab donkss. masa iya punya "sesuatu" tapi gak diperhatiin *eaaa #randombanget hha :p :p

oke baiklah, gak usah kepanjangan lagi,, toh ini baru tulisan pertama hehe
semoga sa bisa nge-Blog terus ya, dan sharing berbagai jenis tulisan yang bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun pembaca sekalian aminn :)

Maaf jika tulisannya kurang berkesan bagi pembaca, hanya ingin menyalurkan perasaan dan pemikiran, hhe

" Jika tertarik dan penasaran, bisa kunjungi blog saya lagi dan baca tulisan selanjutnya ", *kepedean ya hhe :D

Terima kasih ^_^